Cari Blog Ini

Sabtu, 11 Februari 2012

GURU MALAS


JAKARTA - Motivasi belajar yang rendah menjadi penghambat dalam peningkatan mutu dan profesionalitas guru.

Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma menyebut, karena fokus pada tugasnya mengajari siswa, kebanyakan guru melupakan belajar untuk meningkatkan kompetensinya.

"Padahal, kalau berani mengajar, maka guru harus berani belajar," kata Satria seperti dikutip dari keterangan tertulisnya kepada okezone, Sabtu (28/1/2012).

Satria mengimbuhkan, implikasi dari rendahnya motivasi belajar di kalangan guru adalah apatisme dalam pembelajaran. Pemicunya adalah ancaman kelulusan pada ujian nasional yang menjadi tujuan utama dalam sistem pembelajaran di Indonesia.

"UN melemahkan sistem pembelajaran bermutu. Guru jadi malas berinovasi dan kreatif," imbuhnya.

Hingga saat ini, IGI masih melihat mutu dan profesionalitas guru sebagai tantangan utama pendidikan nasional. Sementara, program sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru belum serta merta meningkatan mutu dan profesionalitas mereka.

Padahal, menurut Satria, mutu guru adalah ujung tombak mutu pendidikan nasional. Tanpa guru yang bermutu, pendidikan berkualitas pun akan sulit didapat.

"Karena itu, upaya peningkatan profesionalitas guru jangan diganggu kegiatan politik praktis. Banyak guru menjadi korban pertarungan politik dalam pilkada. Bila tidak mendukung salah satu kandidat, seorang guru bisa dimutasi dan demosi. Ini menciderai profesionalitas guru," tegasnya.

IGI, kata Satria, tidak berpolitik praktis. Organisasi guru se-Tanah Air ini sendiri fokus pada  upaya peningkatan mutu dan profesionalitas guru melalui berbagai seminar dan pelatihan.

Selain mengajak semua pihak terlibat dalam pembangunan pendidikan Tanah Air, Satria juga mengimbau anggota IGI untuk tidak berhenti mencari terobosan dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah masing-masing.

"Kita fokus pada peningkatan pendidikan di daerah. Carilah cara terbaik agar seluruh daerah bisa meningkat kualitas pendidikannya," ujar Satria menandaskan.(rfa)


MANFAAT UJI KOMPETENSI GURU

JAKARTA - Uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) masih menuai perdebatan di kalangan masyarakat, termasuk para tenaga pendidik. Mereka mungkin bertanya-tanya, apa manfaat yang diperoleh seorang guru dengan mengikuti program tersebut?

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh, uji kompetensi memiliki banyak manfaat bagi para guru. "Semua profesi harus jelas kompetensinya. Apalagi sekarang bukan hanya guru, wartawan juga uji kompetensinya," kata M Nuh di hadapan para wartawan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2012).

Uji kompetensi, katanya, merupakan langkah awal bagi para guru untuk menuju sertifikasi. Setiap guru yang sudah tersertifikasi nantinya akan mendapatkan tunjangan sebesar Rp1,3 juta per bulan.

"Bayangkan berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membayar tunjangan tersebut jika semua guru sudah tersertifikasi? Kan sayang pengeluaran yang demikian besar tapi tidak sebanding dengan kontribusi yang diberikan," ujarnya menjelaskan.

Selain bermanfaat bagi para tenaga pendidik, uji kompetensi juga dapat dimanfaatkan oleh LPTK dan perguruan tinggi. LPTK, menurut Nuh, dapat melakukan analisa terhadap hasil Ujian Nasional (UN) untuk melihat kualitas sekolah tersebut termasuk para guru di bidang mata pelajaran yang di-UN-kan.

Tidak hanya itu, mantan Rektor Instut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini mengimbuhkan, hasil uji kompetensi bisa digunakan LPTK sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas guru di berbagai daerah yang memiliki nilai rendah.

"Caranya bisa dengan menggelar seminar maupun pelatihan-pelatihan. Sehingga pendistribusian guru lebih merata," katanya menambahkan.

Sementara bagi perguruan tinggi, lanjutnya, hasil uji kompetensi bisa menjadi evaluasi kampus terhadap para lulusannya. Nantinya, perguruan tinggi bisa melihat bagaimana nilai uji kompetensi guru yang merupakan lulusan kampus tersebut.

"Sehingga mereka dapat melakukan perbaikan atau meningkatkan kurikulum yang ada," ujar mantan Komimfo itu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar